FAKTA PENYALIBAN
YESUS : SUATU JAWABAN TERHADAP KONSEPSI KAUM MUSLIMIN MENGENAI PENYALIBAN YESUS
PENDAHULUAN
Penyaliban
Yesus merupakan suatu fakta historis dan merupakan salah satu landasan doktrin
yang penting dalam agama Kristen. Begitu sentralnya berita penyaliban, sehingga Alkitab mengatakan tanpa penyaliban, kebangkitan Kristus tidak relevan lagi dan kepercayaan kekristenan tidak berarti apa-apa
(I Korintus 15:14). Oleh sebab
itu dapat dikatakan bahwa penyaliban, kematian dan kebangkitan
Yesus dari antara orang mati adalah inti dari iman Kristen karena hal ini berkaitan erat dengan keselamatan dan
penebusan dosa.
Namun, keyakinan akan penyaliban
Yesus menjadi suatu yang
kontroversi karena kaum muslimin
mengklaim bahwa Yesus tidak disalibkan, hal
ini dikuatkan dengan berbagai sumber baik dari Al Quran dan juga sumber-sumber
lain yang mereka percayai yang memaparkan narasi penyaliban Yesus yang berbeda dengan berita
Alkitab.
Kontroversi mengenai penyaliban
Yesus sangat berdampak bagi iman Kristen, oleh sebab itu jikalau klaim
kaum muslim benar, maka dapat dikatakan
bahwa semua bangunan iman kekristenan akan runtuh secara bersamaan. Oleh sebab itu melalui makalah ini, penulis akan membahas tentang kontroversi penyaliban
Yesus, serta menjawab segala klaim Islam
bahwa Yesus tidak disalibkan.
Adapun
sistimatika penulisannya sebagai berikut: Pertama, penulis akan membahas sekilas
mengenai Yesus dalam Al Quran, kedua, penulis
akan memaparkan konsepsi mengenai penyaliban Yesus menurut Islam dan pandangan
para teolog Islam, ketiga, penulis akan memberikan jawaban serta sanggahan terhadap konsepsi Islam mengenai penyaliban Yesus dengan memaparkan
bukti sejarah dari sumber-sumber tertulis Kristen dan sekuler serta memaparkan
fakta-fakta historis penyaliban Yesus yang didasarkan menurut Alkitab sebagai
sumber kebenaran yang absolut yang
menarasikan penyaliban Yesus.
YESUS DALAM AL QURAN
Dalam Al Quran nama Yesus (Isa),
setidaknya ada 99 kali muncul.[1] Sehingga dapat dikatakan bahwa figur Yesus
(Isa) adalah salah satu figur atau nabi yang sangat penting dan sentral dalam Al Quran. Sentralnya
pemberitaan Yesus diuraikan dengan sangat jelas dalam Al- Quran yang dimulai
dari kelahiran-Nya, apa yang dikerjakan-Nya, gelar-gelar yang diberikan bagi-Nya,
sifat-sifat Yesus, keberadaan Yesus sampai pada kematian, kenaikan dan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Dalam banyak bagian Al Quran, Yesus ditampilkan
sebagai figur yang luar biasa dan ajaib.
Hal ini nampak dalam penjelasan-penjelasan Al Quran sebagai berikut: Al Quran menjelaskan bahwa Yesus dikandung dari Roh Allah,[2] Ia
dilahirkan melalui perawan Maria dan kelahirannya adalah suatu keajaiban.[3] Lebih lanjut dijelaskan bahwa kelahiran Yesus berbeda dengan
manusia-manusia dan utusan-utusan lainnya (para nabi).[4] Bahkan dalam surat Maryam 19:29-30 dituliskan bahwa Yesus berbicara saat
kelahiran-Nya.[5]
Al Quran juga mencatat bahwa Yesus
memiliki pengetahuan gaib atau supranatural
(surat Ali Imran 3:49), Yesus
mengetahui tentang hari kiamat (Surat Zukruf 43:57, 61), Yesus di penuhi
oleh Roh Kudus (Surat Al Baqarah 2:253, An Nisah 4:171), Yesus adalah Firman
(An Nisaa’ 4:171, Ali Imran 3:39,45), Yesus adalah seorang hamba (Surat Maryam
19:30-32), Yesus adalah pengantara Allah dan Mesias (Az. Zumar. 39:44). Al Quran juga banyak mencatat mengenai Yesus
yang memiliki kuasa untuk melakukan mujizat, seperti menciptakan burung (Surat
Al. Maida 109), membangkitkan orang mati, orang buta sejak lahir, dan kusta
(Surat Al. Imran 49)[6]
Begitu sentralnya pemberitaan Yesus
dalam Al Quran sehingga dalam Islam, Yesus (Isa) dipandang sebagai salah seorang
nabi besar yang memiliki gelar-gelar istimewa. Ada 6 (enam) nabi yang memiliki gelar-gelar
istimewa, keenam nabi tersebut adalah Adam yang disebut yang dipilih Allah, Nuh
yang disebut pengkhotbah untuk Allah, Abraham disebut sebagai sahabat Allah,
Musa disebut juru bicara Allah, Yesus disebut Firman Allah dan Muhamad disebut
Rasul Allah.[7]
Dari data-data Alquran diatas, dapat
disimpulkan bahwa keberadaan Yesus dalam
Al Quran merupakan sesuatu yang
sangat penting, karena Ia adalah seorang
nabi yang sangat dihormati. Bahkan dapat dikatakan bahwa keberadaan Yesus
dengan sifat-sifat-Nya yang luar biasa istimewa tersebut menjadikan Yesus
memiliki tempat yang besar dalam Alquran, melebihi nabi atau tokoh lain di dalam Al Quran selain Muhamad. Begitu sentralnya Kristus dalam Al Quran
menyebabkan kaum Muslim akan bereaksi jikalau ada pemberitaan yang berbeda
mengenai Isa atau Yesus dengan apa yang dikatakan dalam Al Quran. Hal ini terlihat dari konsepsi mengenai penyaliban Yesus, dimana Al Quran
mencatat bahwa Yesus tidak disalibkan
sedangkan agama Kristen sesuai dengan Alkitab percaya bahwa Yesus di
salibkan.
PENYALIBAN YESUS MENURUT ISLAM
Salah satu pokok percekcokan antara
muslim dan Kristen dalam seluruh perdebatan teologi adalah mengenai penyaliban dan kebangkitan Yesus. Kaum Muslim mengklaim bahwa Yesus dari Nazaret
sesungguhnya tidak mati dan disalibkan.
Apa yang menjadi dasar
pertimbangan dan keyakinan dari kaum Muslimin untuk mengatakan bahwa
Yesus tidak disalib? minimal ada dua sumber yang mereka percayai yang memaparkan
mengenai fakta bahwa Yesus tidak
disalibkan, pertama dari Alquran dan kedua dari kitab injil Barnabas.
Dibawah ini, penulis akan memaparkan
apa yang dikatakan oleh Al Quran dan injil Barnabas mengenai penyaliban Yesus.
A. Al
Quran
Polemik yang paling tajam dan
mendasar antara Islam dan Kristen adalah perbedaan teologi mengenai doktrin
penyaliban Yesus di kayu salib.
Secara tegas, Islam mengajarkan bahwa Nabi Isa
(Yesus) tidak mati dibunuh maupun disalib. Ketegasan ini dinyatakan dalam Al Quran
surat An-Nisa 157, dikatakan: “wamaa qataluuhu wama shalabuuhu walakin
syubbiha lahum” (mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya,
tetapi yang mereka bunuh ialah orang lain yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka).[8]
Para ulama dan penafsir Islam sejak
masa permulaan Islam sampai saat ini sepakat bahwa satu-satunya maksud ayat ini adalah membantah
dugaan pembunuhan dan penyaliban Nabi Isa. Orang-orang Yahudi dan Romawi gagal
menangkap nabi Isa, membunuh dan menyalibnya, karena beliau diselamatkan Allah
SWT. Penafsiran ini diperkuat dengan surat An-Nisa, 157-158:
“Dan karena ucapan mereka:
‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Putra Maryam, Rasul Allah’ padahal
mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka
bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula)
yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”[9]
Dalam ayat tersebut, menurut Muslim
bahwa Allah menegaskan fakta yang sebenarnya bahwa nabi Isa tidak dibunuh
maupun disalib. Al Quran menepis
peristiwa pembunuhan dan penyaliban nabi Isa, tapi Al Quran mengonfirmasi
terjadinya pembunuhan dan penyaliban pada diri orang lain yang diserupakan
dengan nabi Isa.[10]
Beberapa ahli tafsir Al Quran
Indonesia, seperti Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, menafsirkan ayat tersebut seperti demikian “Sebenarnya Isa
itu bukan mereka bunuh atau mereka salibkan, tetapi yang mereka salib adalah
orang yang serupa dengan Isa, yang telah dibuat samar”.[11] Hal yang senada disampaikan oleh Prof. Buya
Hamka, dalam tafsir Al-Azhar ia menyatakan
bahwa kata, “Syubbiha” artinya “disamarkan atau diadakan orang lain, lalu
ditimbulkan sangka dalam hati orang yang hendak membunuh itu, bahwa orang lain itulah Isa”[12].
Selain ayat-ayat diatas, ada satu
ayat lagi yang sangat membingungkan dan menimbulkan
ambiguitas dalam penafsiran yaitu dari surat Ali Imran 3:55:
(Ingatlah), ketika Allah berfirman:
“Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan
mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir,
dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir
hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan
di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.”
Kalimat “aku akan menyampaikan kamu kepada akhir
ajalmu” atau “Inni mutawaf-feeka”
adalah kalimat yang sering diperdebatkan
oleh sarjana Muslim. Beberapa sarjana
Muslim mengatakan bahwa kata-kata
itu tidak menunjukan kematian sedangkan yang lain menyatakan bahwa Yesus
benar-benar mati. Banyak versi
penafsiran ayat ini menimbulkan kebingungan dikalangan sarjana Muslim. Beberapa sarjana mengatakan bahwa “itu
hanyalah tidur”. Sebagaimana dikatakan
dalam Al. Muthanna: “Aku diberitahukan Ishaq
bahwa ‘Inni mutawaf-feeka’ ini memberi pengertian mati dalam tidur dan Tuhan mengambil Dia di
dalam tidur-Nya.”[13]
Penggunaan kalimat ini sebenarnya sama dengan penggunaan
kalimat yang ditujukan kepada Yohanes pembaptis yang lahir, mati
dan akan dibangkitkan (Surat maryam 19:15), kata “Inni mutawaf-feeka” yang berarti “aku
menyebabkan engkau mati”[14]. Namun kata ini juga tetap memberikan multi tafsir sehingga menimbulkan beragam teori yang lain untuk menyesuaikan dengan sura 4:157 tersebut.[15]
Walupun ada ambiguitas dalam
penafsiran dari ayat Al Quran seperti telah dipaparkan di atas, namun sebagian
besar para ulama (teolog Islam) menyimpulkan bahwa ayat-ayat ini mengarah
kepada satu kesimpulan bahwa Yesus tidak
mati dan tidak di salib. Selain alasan penafsiran Al Quran, ada
satu alasan lain mengapa mereka menolak
kematian dan penyaliban Yesus. Menurut
mereka, bagaimana mungkin nabi Isa AS
terbunuh atau tersalib, padahal Allah SWT melindungi para rasul Ulul Azmi
semuanya? Allah telah menyelamatkan Nabi
Nuh dari tenggelam di air bah, nabi Ibrahim dari api, nabi Musa dari Fir’aun, dan
nabi Muhammad dari makar kaum musyrikin, mana mungkin nabi Isa dibiarkan oleh
Allah disalibkan.
B. “Injil” Barnabas
Selain
penjelasan Quran, sumber lain yang digunakan oleh kaum Muslimin untuk menolak penyaliban Yesus didasarkan pada sumber-sumber
yang diklaim adalah sumber Kristen. Sumber
yang dipakai tersebut adalah dari “injil”
Barnabas. Mereka meyakini bahwa “injil” Barnabas
adalah injil asli dibandingkan ke-empat
injil kanonikal. Berdasarkan injil
Barnabas mereka menolak fakta penyaliban
Yesus, dengan mengusulkan dua teori yaitu: Teori penggantian[16] dan pingsan[17].
Munculnya kedua teori ini sebenarnya
merupakan suatu usaha dari kaum muslim untuk mengakomodir berbagai
kesimpangsiuran mengenai konsep penyaliban Yesus dalam Al- Quran yang mengakibatkan
beragam tafsiran bahkan spekulasi dari para ulama Islam. Hal ini jelas sebagaimana dikatakan oleh
Hasbullah Bakry: Karena tidak ada
keterangan secara detil dan eksplisit mengenai penyaliban Yesus, maka para
ulama Islam mencoba menafsirkan ayat-ayat dengan cerita-cerita sebagai berikut:
a. Sebagian
ulama berpendapat bahwa nabi Isa telah dilepaskan Tuhan ketika Dia mau
ditangkap oleh orang-orang Israel di taman Getsemani. Ia menyelinap dan bersembunyi dari penglihatan
orang-orang yang menangkap-Nya, lalu Yudas yang menghianati-Nya dijadikan Tuhan
serupa dengan nabi Isa sehingga Yudas-lah yang ditangkap dan disalibkan. Selanjutnya, nabi Isa terlepas dari tangkapan
dan diangkat Tuhan ke langit dan pada akhir zaman akan datang untuk mengislamkan orang-orang Nasrani.[18]
b. Segolongan
ulama lain berpendapat bahwa kelepasan
Isa dari penyaliban pada saat Dia dibawa
orang dari istana Pilatus menuju Golgota. Ditengah jalan mulanya nabi Isa
memikul kayu salib-Nya sendiri, tetapi sebelum sampai di bukit Golgota dia
ditukar oleh orang lain bernama Simon Kirene. Dan Simon inilah yang disalibkan, sedang Isa
diangkat Tuhan ke langit.[19]
c. Terakhir
adalah para ulama tafsir moderen. Mereka
berpendapat bahwa nabi Isa benar ditangkap di taman Getsemani dan Ia dibawa ke istana Pilatus dan juga disalibkan tetapi penyaliban ini
telah digagalkan Tuhan. Yesus tidak sampai
mati tetapi hanya pingsan. Ia keluar
sendiri atau dikeluarkan dari pekuburan tanpa diketahui atau dilihat oleh
pengawal-pengawal makam itu. Selama
empat puluh hari nabi Isa dengan sembunyi-sembunyi menemui
murid-murid-Nya. Setelah 40 hari
(luka-luka sembuh), nabi Isa
diperintahkan oleh Tuhan meninggalkan wilayah Palestina (daerah Israel) dan
mengembara ketempat lain. Selanjutnya tugas
kerasulan-Nya kepada orang Israel telah
dicabut oleh Tuhan sesuai doa
permintaan-Nya sendiri sewaktu di taman
Getsemani. Dan Ia berdiam di Kashmir
sampai meninggal di sana.[20]
Kesimpulan
pandangan Islam terhadap penyaliban Yesus sebagai berikut:
1. Nabi
Isa tidak mati oleh sebab terbunuh dan juga tidak mati oleh sebab tersalib.
2. Nabi
Isa dituntun (diangkat) Tuhan ke tempat
lain yang ditentukan oleh-Nya.
3. Nabi
Isa telah diselamatkan Tuhan dari bangsa Israel yang menentang-Nya dan
menyudahi kewajiban untuk mengajar Injil
kepada mereka.[21]
FAKTA PENYALIBAN YESUS: SUATU
JAWABAN TERHADAP KEKELIRUAN MUSLIM DALAM
MEMAHAMI PENYALIBAN YESUS
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa
menurut pandangan Islam Yesus tidak disalibkan. Di bawah ini penulis akan memaparkan tiga
argumentasi untuk menjawab klaim Islam mengenai Yesus tidak disalibkan. Pertama, penulis akan menjawab berdasarkan sumber yang dipakai oleh
Muslim yaitu dari Al Quran dan injil
Barnabas, kedua, argumentasi historis dari
sejarawan dan saksi mata sekuler dan ketiga argumentasi dari Alkitab yang dilihat sebagai bukti
sejarah[22]:
1. Al
Quran dan Injil Barnabas
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kaum muslim menolak konsepsi Kristen
mengenai penyaliban Yesus, penolakan itu didasarkan pada Al Quran.
Pertama:
Ayat Al Quran yang digunakan adalah surat An Nisa 4:157-158, yang
menyatakan bahwa bukan nabi Isa yang disalibkan, melainkan orang lain yang diserupakan
wajahnya, sementara nabi Isa sendiri sudah lebih dulu diangkat oleh Allah. Jikalau kita memperhatikan secara teliti dari konteks ayat sebelumnya (4:153) dan sesudahnya
(4:160) dikatakan: “kami telah membunuh
Almasih, Isa, Putra Maryam” adalah orang-orang Yahudi. Jadi kata “mereka” di
sini merujuk pada orang-orang Yahudi.
Pernyataan demikian tidak sepenuhnya benar
dari sudut historis. Karena waktu itu
Israel dijajah oleh Romawi, maka
seandainya ada permasalahan hukum dalam internal agama Yahudi yang mengharuskan
si terdakwa dihukum mati, si terdakwa harus dibawa kepada Gubernur Romawi di
Palestina (waktu itu Pontius Pilatus). Dialah
yang berwenang untuk memberikan vonis hukuman mati ataupun membebaskan tawanan
pada hari raya Paskah. Demikian pula
para algojo yang menyesah, mempermainkan, menggiring Yesus ke Golgota dan
akhirnya menyalibkannya adalah para prajurit Romawi, bukan para pemimpin
Yahudi; sehingga kepala pasukan Romawi setelah melihat kematian Yesus secara
demikian, dia pun mengakui, "Sungguh, orang ini adalah Anak
Allah!" (Mrk 15:39). Sementara
para pemimpin Yahudi sendiri hanya menjadi penonton setelah mereka berhasil
mendesak Pontius Pilatus agar menjatuhkan hukuman mati bagi Yesus. Jadi, yang membunuh Yesus justru
prajurit-prajurit Romawi bukan orang Yahudi.[23]
Kedua, dikatakan bahwa: “bukan Isa yang dibunuh,
sebab sebelumnya Dia telah diangkat (dan diselamatkan) oleh Allah”. Dengan demikian, mereka hendak mengatakan
bahwa, bukanlah Isa yang mati di kayu
salib itu, bahkan juga berarti Isa langsung diangkat oleh Allah. Pernyataan
demikian berkontradiksi dengan ayat lain dalam Al Quran yang dengan tegas
menyebut kematian Isa Almasih, seperti dalam surah Al-Imran 3:55:
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan
orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari
kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu
tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya. (QS. 3:55)
Sementara
dalam surah Al Maryam 19:30-33, dikatakan, Isa kecil yang masih dalam ayunan sudah berbicara
untuk membela ibunya yang dituduh mengandung diri-Nya sebagai hasil perbuatan zinah, selanjutnya Al Maryam 19:33 dikatakan, bayi
Isa ini sudah mengatakan masa depannya: “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari
aku dibangkitkan hidup kembali (QS. 19:33).” Dari ayat di atas jelas menyebut kematian Isa, bahkan
kebangkitan-Nya kembali. Dengan demikian
jelas ayat-ayat ini bertentangan dengan pernyataan Surah An
Nisaa' 4:157-158, yang mengatakan bahwa bukan Yesus yang disalib dan bangkit dari kematian.
Selain hal itu, seperti dipaparkan
diatas bahwa dalam menafsirkan ayat Al Quran beberapa penafsir Muslim mengalami
banyak kesulitan, sehingga muncul ketidakkonsistenan satu dengan yang lain
dalam menafsirkan beberapa ayat Al Quran yang berhubungan dengan penyaliban
Yesus. Misalnya, dalam Surat Maryam 19:15 diceritakan tentang Yohanes
pembaptis, dikatakan demikian: “Kesejahteraan atas dirinya pada hari dia
dilahirkan dan pada hari dia meninggal dan pada hari dia dibangkitkan hidup
kembali.” Berdasarkan ayat ini, tidak
ada sarjana Muslim yang menyangkal bahwa Yohanes Pembaptis lahir, mati dan akan
dibangkitkan. Kata kunci “inni
mutawaf-feeka” yang berarti “meninggal” juga diartikan secara literal oleh
semua Muslim, kata ini juga yang digunakan dalam surat Ali Imran 3:55 [24]
Satu hal yang menarik yang dikatakan dalam Al Quran bahwa Yesus diangkat Allah sebagaimana
dikatakan dalam Surat Ani-Nisa
4:158, “. . . Sebenarnya Allah telah mengangkat Isa itu kepada-Nya dan Allah
itu adalah Maha Besar dan Maha Bijaksana” Kalimat ini banyak ditafsirkan
sebagai penegasan bahwa Isa tidak mengalami kematian jasmani. Tetapi di sisi
lain, Surat Maryam 19:33 menyatakan bahwa Yesus mengalami kematian jasmani.
Disini dapat dilihat adanya ketidakkonsistenan dalam penjelasan Al Quran
sehingga membuat para penafsir Islam
sendiri kebingungan, mana yang benar. Apakah Yesus mengalami kematian jasamani
atau diangkat Tuhan? Apakah ia disalib atau tidak?
Ketiga, Surah An Nisaa' 4:157 menyebut bahwa ada
“orang yang diserupakan dengan Isa atau ada figur yang menggantikan Yesus. Bagian ini tidak secara jelas menyatakan siapa
yang menggantikan atau yang diserupakan dengan Yesus. Apakah Yudas ataupun Simon dari Kirene tidak pasti. Adanya ketidakpastian siapa yang
sebenarnya yang menggantikan Yesus, maka dapat dikatakan bahwa cerita atau
teori penggantian Yesus merupakan penafsiran
spekulatif terhadap Al Quran itu
sendiri. Selain itu, kita dapat
mengajukan beberapa tanggapan atas kepercayaan adanya figur pengganti Yesus di
kayu salib: Pertama, jika Allah menyerupakan seseorang
yang menjadi seperti Isa dan akhirnya ia
harus disalib, bukankah hal itu akan menjadi kasus ketidakadilan dan fitnah
bagi orang tersebut? Dari sudut pandang
Allah, bukankah hal ini berarti suatu usaha penipuan terhadap orang banyak?
Apakah hal yang demikian ini sesuai dengan integritas Allah?[25]
Kedua, jika maksud Allah adalah menyelamatkan
Isa, mengapa Ia perlu membuat orang Yahudi tertipu dengan adanya orang lain
yang perlu disalib? Bukankah Allah cukup
mengangkat Isa tanpa perlu adanya pengganti Isa di kayu salib? Apakah gunanya bagi Allah sehingga Ia harus
membuat orang lain menjadi serupa Isa dan menggantikannya disalib?[26]
Ketiga, jika Isa sebagaimana diakui
Al Quran memang sanggup berbuat mujizat termasuk membangkitkan orang mati
(Surat Ali Imran 3:49), mengapakah Ia tidak sanggup untuk melindungi diri-Nya
sendiri jikalau Ia memang tidak ingin disalibkan sebagaimana dipercaya oleh
banyak penafsir Islam? Kemudian, dari sudut pandang pengganti Isa,
kita dapat bertanya demikian, “Jikalau orang yang diserupakan menjadi seperti
Yesus itu masih dapat berpikir dengan normal, bukankah ia selayaknya akan
memberontak dan menyatakan bahwa dirinya bukan Isa?” Dalam kenyataannya hal ini tidak tercatat dalam
keempat Injil maupun Al Quran.[27]
Selain itu, dilihat dari data
historis pernyataan demikian bertentangan dengan kesaksian keempat Injil
kanonik, literatur Yahudi, maupun data sejarah. Jadi, orang Yahudi tidak pernah berselisih
tentang siapa yang mereka salibkan. Mereka
berdebat dengan pengikut Kristus mengenai apakah Yesus Kristus yang tersalib
itu sungguh bangkit lagi pada hari ketiga atau tidak.[28]
Selanjutnya kaum muslimin memakai “injil”
Barnabas yang menjadi dasar untuk membenarkan konsepsi mereka bahwa Yesus tidak
disalibkan. Menurut mereka injil Barnabas
adalah injil yang asli. Pertanyaannya, apa yang menjadi dasar atau standar kaum
Muslimin mengatakan bahwa “injil” Barnabas adalah injil yang asli? Apakah injil ini bisa disandari atau dapat
dipercaya?
Para
ahli yang meneliti injil ini menemukan bahwa ada banyak kesalahan-kesalahan dan
kekeliruan, bahkan keganjilan dari “injil”
Barnabas. Penyebabnya adalah bahwa penulis
injil ini tidak mengenal betul situasi sosial - keagamaan di Palestina pada
abad I - II. Hal ini dapat dilihat dari
penjelasan dibawah ini:
Dari
sini kita bisa menyimpulkan bahwa “injil” ini bukanlah berasal dari penulis
abad II - III yang tahu tentang Palestina masa itu. Begitu pula terdapat petunjuk mulai kapan
injil ini ditulis, secara jelas dapat dilihat dalam ulasan dibawa ini:
Dari
sini justru tampak keterkaitan antara isi “injil” ini dengan Fra Marino atau Mustafa de Aranda sendiri yang
konon menemukan terjemahan “injil” dalam bahasa Italia di perpustakaan Paus
Sixtus V. Bahasa Italia sendiri baru
berkembang sekitar abad XIII dan menurut para ahli “teks terjemahan” ini lebih
kelihatan sebagai tulisan dari orang pertama dalam bahasa Italia dan munculnya
aksen spanyol (juga mata uang Spanyol kuno!).[31]
Dari
bukti-bukti kekeliruan ini dapat disimpulkan bahwa “injil” Barnabas adalah
tulisan yang tidak dapat disandari dan dipercaya. Karena tidak mungkin “injil” (diklaim asli), yang
banyak ditemukan kesalahan dan
kekeliruan dianggap berasal dari Tuhan atau diwahyukan. Kesimpulannya adalah narasi penyaliban Yesus dalam kitab ini palsu
dan kemungkinan besar ditulis oleh orang Muslim untuk mendukung pendapat mereka
bahwa Yesus tidak di salibkan dan tidak mati.
1. Argumentasi berdasarkan Alkitab sebagai bukti historis
Pemahaman
orang Kristen terhadap konsepsi penyaliban Yesus bukan hanya didasarkan pada
iman yang buta, tetapi didasarkan oleh fakta-fakta historis yang dinarasikan
oleh Alkitab yang dipercaya orang
Kristen sebagai wahyu Allah. Namun dalam membahas hal ini, penulis
memakai referensi Alkitab bukan dilihat
sebagai wahyu Allah tetapi sebagai bukti
historis.
Didalam
banyak bagian Alkitab secara khusus dalam keempat Injil (Matius, Markus, Lukas
dan Yohanes) menceritakan fakta historis mengenai kebenaran dari penyaliban
Yesus. Ada banyak ayat-ayat Alkitab berbicara lugas tentang proses kematian Yesus di kayu disalib, seperti: Mat. 27:50 “Yesus
berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya” ; Luk. 23:46 “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya
Bapa, ke dalam tanganMu Ku-serahkan
nyawa-Ku.’ Dan sesudah berkata
demikian, Ia menyerahkan nyawa-Nya”; “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu,
berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan
nyawa-Nya” (Yoh. 19:30).
Selanjutnya,
koherensi dari kisah kematian Yesus ini juga tercermin dalam banyak fakta.
Fakta-fakta ini tidak sekedar membuktikan kebenaran Alkitab melainkan juga menunjukkan bahwa Alkitab berisi
kebenaran-kebenaran yang konsisten satu sama lain. Fakta pertama, berkaitan
dengan nubuatan Yesus mengenai diri-Nya sendiri. PB secara berulang kali menunjukkan bahwa
kematian Yesus telah dinubuatkan oleh Yesus sendiri dalam berbagai kesempatan (Mat. 12:40; 17:22-23; 20:18; Mrk. 10:45; Yoh.
2:19-20; 10:10-11).[32]
Fakta
kedua, ada banyak saksi mata pada waktu penyaliban Yesus. Saksi mata pertama adalah para murid Yesus
sendiri. Rasul Yohanes (Yoh. 19:26) dan
beberapa pengikut Yesus seperti Maria, dan wanita-wanita lain berada di dekat
penyaliban Yesus (Luk. 23:27; Yoh. 19:25). Melalui
saksi mata ini kita dapat membuktikan bahwa penyaliban, kematian dan
kebangkitan Yesus benar-benar adalah bukti historis yang dapat di pegang
kebenarannya. Untuk hal ini McDowell
berkomentar, “saya dapat mempercayai kesaksian para rasul, karena dari kedua
belas orang itu, sebelas telah wafat sebagai martir, akibat mereka percaya akan
kebangkitan Yesus dan kepercayaan mereka kepada-Nya sebagai anak Allah.”[33]
Senada dengan McDowell, Tertulianus
mengatakan, “tidak ada seorang yang rela mati kecuali ia mengetahui bahwa ia
memiliki kebenaran.”
Menurut
tradisi yang dapat dipercayai bahwa mereka disiksa, dicambuk dan akhirnya
mereka menghadapi kematian dengan cara-cara yang paling kejam. Ada yang
disalibkan, dilempari dengan batu, dibunuh dengan panah, pedang dan lain
sebagainya.[34] Sehubungan dengan hal ini mungkin ada yang
mengatakan bahwa ada banyak orang telah mati karena suatu dusta, tetapi mereka
menyangka bahwa dusta itu adalah
kebenaran. Apabila penyaliban dan
kebangkitan tidak pernah terjadi (palsu), para murid pasti tahu akan hal itu,
dan tidak mungkin mereka tertipu. Karena
itu, kesebelas orang ini tidak hanya mati karena suatu dusta, tetapi mereka
tahu tentang dusta itu. Sungguh tidak
masuk akal untuk mengatakan bahwa, sebelas orang dalam sejarah telah mati
karena suatu dusta dan tahu bahwa itu dusta.[35]
Berikutnya,
kematian Yesus di kayu salib juga disaksikan oleh para tentara Romawi, dua
orang penjahat yang disalibkan disamping Yesus (Mat. 27:38), orang banyak (Mat.
27:39; Luk. 23:27) serta para pemimpin Yahudi (Mat. 27:41). Dengan
memperhatikan para saksi mata penyaliban Yesus tersebut, kita dapat
menyimpulkan bahwa mayoritas dari mereka merupakan orang-orang Yahudi yang
menghendaki kematianNya. Mereka begitu
bernafsu untuk membunuh Yesus sehingga sebelum penyaliban itu sendiri
berlangsung, orang-orang Yahudi telah berseru berkali-kali di hadapan Pilatus
agar Yesus disalibkan (Mat. 27:22-23). Orang-orang
Yahudi itu bahkan berani berkata “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan
atas anak-anak kami!” (Mat. 27: 25). Kebencian
orang-orang Yahudi ini begitu kuat sehingga mereka benar-benar menginginkan kematian Yesus pada
waktu disalib. Selain itu, kita harus
mengingat bahwa tentara Romawi adalah orang-orang yang terlatih dalam
menjalankan eksekusi sehingga mereka tidak akan salah mengidentifikasi korbannya.[36]
Faktor-faktor
di atas, jelas membuktikan bahwa penyaliban Yesus adalah suatu kebenaran dan merupakan fakta historis yang
tidak dapat disangsikan kebenarannya. Oleh
karena itu, khotbah Petrus juga disertai dengan pemberitaan yang tegas mengenai
kematian Yesus yang disalibkan dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi yang durhaka
(Kis. 2:23-24). Berdasarkan hal ini kita melihat bahwa bagian-bagian dalam
Alkitab saling menegaskan satu sama lain bahwa Yesus telah mati di kayu salib.[37]
2.
Argumentasi eksternal
Pandangan
Kristen mengenai fakta penyaliban Yesus dapat dibuktikan melalui fakta
eksternal dari non Kristen yang dilihat sebagai fakta historis. Kebenaran historis dari penyaliban Yesus
disaksikan oleh para sejarawan seperti dibawah ini:
A.
Flavius Yosefus[38]
Dalam buku ke-18 dari Antt.
(18,55-89) dia melukiskan situasi Palestina ketika Pilatus menjadi pejabat
Romawi di sana. Dalam bagian ini ada
yang disebut dengan Testimonium Flavianum yakni kesaksian Flavius Josephus
tentang Yesus, yakni pada Antt. 18,63-64. Ada banyak kalangan Muslim meragukan akan teks
ini, apakah benar-benar adalah tulisan Yosefus atau bukan. Namun Prof. Charlesworth dari Princenton
Theological Seminari menemukan satu
bukti tekstual dari versi Arab abad ke-4,
yang dicatat dalam kitab Al-Unwan karya Agapius dari abad ke-10 yang membuktikan
bahwa ini adalah benar tulisan dari Yosefus.
Pines menerjemahkan bagian ini sebagai
berikut:
Pada waktu ini ada seorang yang
bijaksana, yang bernama Yesus. Dan
perilakunya baik, dan (ia) terkenal
orang yang berbudi luhur. Dan banyak orang dari antara Yahudi dan
bangsa-bangsa lain menjadi murid-Nya. Pilatus menghukum Dia untuk disalibkan dan
mati. Dan orang-orang yang telah menjadi
murid-Nya tidak meninggalkan kemuridan-Nya. Mereka melaporkan bahwa Ia menampakan
diri kepada mereka tiga hari setelah
penyaliban-Nya dan bahwa Ia hidup; jadi, Ia mungkin Mesias….[39]
Sebagian para ahli meragukan apakah beberapa kalimat yang tercetak tegak-tebal (kelihatan dalam teks asli) itu benar-benar dari Josephus sendiri ataukah sudah dirubah oleh penyalin Kristen. Namun, tidak diragukan bahwa Josephus menyebutkan fakta bahwa Pilatus telah menghukum Yesus di kayu salib.
B.
Thallus dan
Phlegon
Satu dari
penulis yang mula-mula menjelaskan
tentang Yesus adalah Thallus. Thallus
dalam buku ketiga tentang sejarahnya, menuliskan saat-saat kegelapan pada waktu
penyaliban Yesus, ia menulis bahwa kegelapan itu sebagai suatu gerhana
matahari, demikian juga Phlegon mencatat
bahwa pada zaman Kaisar Tiberius, pada bulan purnama ada gerhana matahari penuh dari enam sampai sembilan jam.[40] Sehubungan dengan ini, Yulius Afrikanus menulis
kira-kira tahun 221 M, menolak pandangan Thallus, karena tidak mungkin gerhana
matahari bersinar pada saat bulan purnama.[41]
Tacitus, dalam bukunya Annals volume XV,
tentang Kaisar Nero yang telah mengambinghitamkan orang Kristen sebagai
penyebab terbakarnya kota Roma, ia menulis dalam Annals 15.44.2-3 sebagai
berikut:
… Nero telah dituduh telah sengaja menimbulkan kebakaran
besar di Roma. Jadi untuk menghentikan
desas-desus itu dia mengalihkan tuduhan dengan memfitnah dan menghukum dengan
siksaan paling keji terhadap orang-orang yang disebut Kristen, oleh orang
banyak. Nero menghukum mereka dengan
kekejaman yang luar biasa. Kristus, pendiri golongan Kristen, telah mengalami
hukuman mati dalam masa pemerintahan Tiberius, atas keputusan Pontius Pilatus….
[43]
Demikian laporan
Tacitus, sejarawan Romawi yang menuturkan situasi pengikut Kristus di kota
Roma. Tentang Kristus, Tacitus
menyebutkan bahwa dia telah menderita hukuman yang ekstrim pada masa
pemerintahan Pontius Pilatus. Tidak
disebutkan secara eksplisit cara eksekusinya, namun dikatakan bahwa hukuman
salib merupakan cara eksekusi yang lazim pada masa itu bagi pelaku tindakan
kriminal dan pemberontakan.[44].
C. Lucianus dari Samosata
Lucianus adalah seorang filsuf dan
sejarawan Yunani yang lahir di Samosata pada tahun 120 M dan meninggal sekitar
180 M di Athena. Dalam salah satu
bukunya (De Morte Peregrini – Kematian Peregrinus 11) dia menulis tentang
Peregrinus yang telah menjadi Kristen dan yang memiliki pemeluk di Palestina
“yang masih menyembah orang yang telah disalibkan di Palestina.”[45]
Dalam
tulisannya ia mengatakan:
Ketahuilah,
orang-orang Kristen memuja seorang pria sampai hari ini, tokoh tersohor yang
memperkenalkan tata ibadah baru mereka, dan disalibkan karena hal
tersebut… Orang-orang tersesat ini mulai dengan keyakinan umum bahwa
mereka itu hidup kekal selamanya, yang menjelaskan pandangan rendah mereka
terhadap kematian dan pengabdian diri secara sukarela…semua hal ini mereka
terima dengan iman, dan sebagai akibatnya mereka menganggap rendah semua harta
duniawi, dan menganggapnya hanya sebagai harta bersama.[46]
E.
Mara Bar Sarapion
Mara Bar Sarapion adalah seorang filsuf Stoa dari Syria yang
menulis surat untuk anaknya Sarapion yang tengah berada dalam penjara Romawi. Dia menasihati anaknya bahwa kebijaksanaan
mungkin akan dimusuhi oleh dunia yang penuh dengan kekerasan, namun
kebijaksanan itu sendiri abadi. Dia
mengilustrasikannya dengan menggambarkan kehidupan Socrates, Phytagoras, dan
Yesus – kendati dia tidak menyebut nama Yesus secara eksplisit.[47]
Dalam usaha untuk mendorong putranya
untuk mengejar hikmat, ia merenungkan:
Keuntungan apa yang diperoleh orang-orang Athena ketika
mereka membunuh Socrates? Kelaparan dan
penyakit pes menimpa mereka sebagai hukuman karena kejahatan mereka, keuntungan
apa yang diperoleh orang-orang Sames ketika mereka membakar Phitagoras…
Keuntungan apa yang diperoleh oleh orang-orang Yahudi ketika menghukum mati
raja mereka yang bijaksana? Tidak lama setelah peristiwa itu, kerajaan mereka dibinasakan. Secara adil Allah membalas dendam atas
kematian tiga orang bijaksana ini… Raja
bijaksana itu tidak mati selama-lamanya; Ia hidup terus dalam ajaran yang telah
disampaikan-Nya[48]
Mara Bar Serapion yang menulis surat paling awal setelah
kehancuran Yerusalem dan kemudian orang-orang Yahudi terpencar (terdiaspora) ke
berbagai tempat melihat Yesus sebagai seorang raja yang bijaksana. Kemungkinan besar dia mengetahui bahwa saat
Yesus disalibkan Pilatus menuliskan keterangan di salib-Nya “Yesus, orang
Nazaret, Raja orang Yahudi” (INRI), yang tertulis dalam bahasa Ibrani, Latin,
dan Yunani (Yoh. 19:19-20). Demikian
pula dia mengenal hukum baru yang dibawa Yesus, bukanlah hukum Taurat,
melainkan hukum kasih yang mungkin diketahuinya dari para pengikut Kristus. Tetapi Mara Bar Serapion sendiri adalah
seorang filsuf kafir.[49]
Demikianlah data-data sejarah dari
“pihak ketiga”, baik Yahudi maupun terlebih penulis sekuler mengakui fakta
bahwa yang disalibkan itu adalah Yesus yang kemudian lebih dikenal sebagai
Kristus. Kesaksian mereka ini mendukung
kesaksian Injil kanonik bahwa Yesus dari Nazaret benar-benar telah disalibkan
pada zaman Pontius Pilatus.
KESIMPULAN
Dari
pemaparan diatas, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa kontroversial mengenai apakah Yesus benar-benar disalib
atau tidak sudah terjawab, karena jelas bahwa Yesus dari Nazaret benar-benar
disalibkan, mati dan bangkit pada hari
ketiga. Kebenaran itu tidak dapat
disanggah oleh kaum Muslim karena Al Quran
sendiri tidak dapat memberikan satu pernyataan yang pasti mengenai argumentasi
mereka, bahwa Yesus tidak disalib. Bahkan diantara para penafsir muslim sendiri tidak dapat membuktikan secara
eksplisit bahwa Yesus benar tidak disalib. Hal ini diperparah dengan ayat-ayat Al Quran
yang saling bertentangan satu dengan yang lain,
sehingga sangat menyulitkan kaum Muslim untuk mempertahankan argumentasi
mereka. Demikian pula ketika mereka
mendasari argumentasi mereka berdasarkan “injil” Barnabas, ini bukan memperkuat
argumentasi mereka, tetapi semakin memperlemah dan mengaburkan argumentasinya. Sebaliknya, melalui bukti historis baik dari
sejarawan sekuler, orang-orang Yahudi, orang Yunani, maupun murid-murid Yesus
yang mengafirmasi akan penyaliban Yesus, menunjukkan bahwa
argumentasi Kristen mengenai fakta
penyaliban Yesus lebih logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara historis
maupun secara ilmiah.
KEPUSTAKAAN
A. Buku
Al- Fadi, Abd. The Person of Christ. Rikon,Switzerland: The Good Way, t.t.
Bambang, Noorsena. Telaah Kritis Terhadap Injil Barnabas:
Asal-usus, Historis dan Isinya. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1989.
Bakry, Hasbullah. Nabi
Isa Dalam Al quran dan Nabi Muhamad Dalam Bible. Jakarta: Mutiara, 1983.
Cragg,
Kenneth. Azan, Panggilan dari Menara Masjid. Jakarta: Gunung Mulia, 1973.
Caner Ergun Mehmet and
Emir Fethi Caner. Unveiling Islam: an Insider’s look at Muslim
life and Beliefs. Grand
Rapids: Kregel Pub., 2002.
Hariyadi, Ichwan.
Intelektual Muslim Versus
Missionaris. t.k.: Pustaka Da’i,
2003.
Hamka, Buya. Tafsir Al-Ashar, Jus 6. Jakarta:
Pustaka Nasional, tt.
Halverson, Dean
C. “Islam” dalam The Compact Guide to
World Religions. Minneapolis: Bethany,
1996.
Jadeed, Iskandar. The
Cross in the Gospel and Qur’an. Rikon,
Switzerland: The Good Way, n.d.
Muchlas, Imam. Pandangan Al Qur’an Terhadap Agama
Kristen. Surabaya: Al-Ihsan, 1982.
McDowell, Josh dan John Gilchrist. The
Islam Debate. California: Campus
Crusade for Christ, 1983.
McDowell Josh, Apologetika 3: Dia berada diantara Kita. Malang: Gandum Mas, 2004.
Parrinder, Geoffrey. Jesus
in the Quran. Toronto: Fellowship
of Faith, 1982.
Shorrosh, Anis A. Kebenaran diungkapkan: Pandangan seorang Arab Kristen Tentang Islam.Jakarta: Philia, 1988.
B.
Internet
Bedjo
Lie, “Benarkah Yesus Tidak Mati Disalib?
Sebuah Pertanggung jawaban Iman Terhadap
Pandangan Islam,” http://www.gkri-exodus.org/
Didik
Bagiyowinadi, “Yesuskah yang di Salib? Antara Film The Messiah, Injil dan Data Sejarah,” http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id570.htm.
Dede Wijaya, “Menyimak data-data Sejarah Tentang penyaliban Yesus,” http://www.dedewijaya.wordpress.com/2010/04/09/
Rantau
Pincono. “Kisah Penyaliban Yesus Menurut
Islam, Kristen dan Ahmadiyah,”
[3] Surat
Maryam 19:19-21, Dia berkata: “Sesungguhnya
aku ini hanyalah seorang utusan Tuhan
untuk memberi seorang anak laki-laki yang suci”. Dia (Maryam) berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki sedang tidak
pernah seorang manusia pun menyentuhku dan
aku bukan seorang pezinah”. JIbril berkata: “demikianlah”. Tuhanmu
berfirman: “Hal ini mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikan-Nya suatu
tanda bagi manusia dan sebagai rahmat
dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”.
[8] “Al
Quran terjemahan bahasa Indonesia” http://www.alquran-indonesia.com/
[10] Rantau Pincono, “Kisah Penyaliban Yesus
Menurut Islam, Kristen dan Ahmadiyah,”
http://rantaupincono.blogspot.com/2011/02/kisah-penyaliban-yesus-menurut-islam.html
(diakses tgl. 20 Maret 2012)
[15]
Salah satu sarjana yang agresif yang pandai
memutarbalikkan argumentasi yaitu Ahmed Deedat. Dalam salah satu dari
argumennya yang tampak benar tetapi sebenarnya tidak, yang berjudul
Resurrection
or Resuscitation?
( Kebangkitan atau Sadar kembali ? ), Deedat
menyodorkan “ Swoon Theory ( teori keadaan pingsan ) “ – sebuah teori yang
menyatakan bahwa Yesus dapat bertahan dalam penyaliban dengan setengah mati,
dan mengalami pemulihan setelah didalam kubur. Teori
ini sebenarnya pertama kali dinyatakan oleh Venturni, seorang rasionalis Jerman
dan kemudian dipopulerkan nabi Ahmad Ghulam dari Ahmadiyah, salah satu cabang
Islam. Deedat dengan ini menyatakan secara tidak langsung, bahwa dia telah
hidup dalam jamannya Muhammad dan juga berada bersama-sama dengan Zaid Ibn
Thabitatau Waraqa Ibn Naufal. Ibid.
[20] Hasbullah Bakry, Nabi Isa Dalam Al quran dan Nabi Muhamad Dalam Bible (Jakarta:
Mutiara, 1983) 69-70. Hal yang sama
dijelaskan oleh Caner, dikatakan: “Para sarjana Muslim tradisional menjelaskan apa yang terjadi pada
hari penyaliban Yesus dengan tiga hal: Pertama; Yesus menghilang
kemudian ada seorang yang menggantikan kematian-Nya. Kedua, Allah menjadikan Yudas Iskariot nampak
seperti Yesus dan ia menggantikan Yesus.
Ketiga, Simon dari Kirene menggantikan
Yesus sebelum penyaliban.” Ergun Mehmet
Caner dan Emir Fethi Caner, Unveiling
Islam: an Insider’s look at Muslim life and Beliefs (Grand Rapids: Kregel
Pub., 2002) 220.
[23]
Didik Bagiyowinadi, “Yesuskah yang di Salib? Antara Film The Messiah, Injil dan
Data Sejarah” http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id570.htm. (diakses 20 Maret 2012)
[31]
Ibid.
[36]
Bedjo Lie, “Benarkah Yesus
Tidak Mati Disalib? Sebuah Pertanggung jawaban Iman Terhadap Pandangan Islam,” http://www.gkri-exodus.org/image-Benarkah YesusTidak
Mati Disalib.pdf (diakses 30 Maret
2012).
[38] Nama aslinya adalah
Joseph bin Matthias, seorang dari sejarawan Yahudi yang berasal dari keluarga
imam, lahir pada tahun 37M di Yerusalem dan meninggal tahun 100M di Roma. Di
tahun 93M ia menulis buku Antiquitates Judaicae atau Jewish Antiquities yang
terdiri dari 20 buku yang melukiskan sejarah Yahudi dari penciptaan hingga
pecahnya pemberontakan tahun 66–70M dan kehancuran kota Yerusalem. Convito San Tomaso, “Fakta Penyaliban Yesus,” http://terangdunia.com/index.php?article&id:fakta-penyaliban-yesus&catid=56:christianity&Itemid=86 (diakses 30
maret 2012)
[47]
Dede Wijaya, “Menyimak data-data Sejarah Tentang
penyaliban Yesus,” http://dedewijaya.wordpress.com/2010/04/09/menyimak-data-data-sejarah-tentang-penyaliban-yesus/