Kamis, 09 Oktober 2008

Keilahian Yesus

Sepanjang Jalan Persoalan - Gugatan Abadi Terhadap Keilahian Yesus

Sorotan Beragam media dipakai untuk mematahkan iman terhadap kebangkitan Yesus. Terkait soal ini deras seruan untuk kembali ke jalan Injil, Back to the Bible. Kaum Injili berdiri paling depan.
Umat Kristen jengah dengan utak-atik beragam majalah, buku, novel, film dan media tentang keilahian Yesus. Alkitab adalah kebenaran historis yang diimani. Artinya, firman yang tertulis itu sejarah otentik tentang Yesus yang adalah Allah. Karena diimani, maka segala perbuatan manusia selama hidupnya ditujukan untuk kemuliaan Tuhan. Alkitab menjadi landasannya.

Aliran Injili yang lahir di Amerika Serikat dalam abad ke-20 (masuk ke Indonesia tahun 1950-an) memang paling getol menyerukan hidup sesuai Alkitab. Bagi mereka Alkitab tak bercacat-cela sebab adalah firman Allah sendiri untuk manusia. Alkitab memuat kebenaran mutlak di dalamnya. “Kaum Injili membaca Alkitab secara harfiah sebagai sejarah yang akurat. Alkitab adalah satu-satunya ajaran mutlak bagi iman dan kelakuan,” kata Elisa Surbakti, pengamat aliran kekristenan. Tetapi abad pencerahan yang melanda dunia membuat orang ingin menafsir ulang semua tatanan yang selama berabad-abad diyakini benar. Tak terkecuali Alkitab. Pandangan inilah yang melatari komunitas Yesus Sejarah ingin merekonstruksi kebangkitan Yesus.

TEOLOG INJILI vs YESUS SEJARAH

“Bentrok” tak terelakkan. Para teolog Injili—yang mewakili pandangan umat Kristen pada umumnya—kukuh pada Alkitab dan kebangkitan Yesus secara tubuh, jiwa dan roh. Sementara komunitas Yesus Sejarah menganggap kebangkitan Yesus hanya metafora belaka. Mereka mengklaim kuburan Yesus telah ditemukan di Talpiot. Komunitas ini berupaya menampilkan sosok Yesus alternatif dengan memanfaatkan temuan-temuan arkeologis, naskah-naskah kuno dari Gulungan Laut Mati dan kebisuan Alkitab terhadap beberapa soal tertentu tentang Yesus. Dalam bukunya Yesus Tidak Bangkit? Menyingkap Rekayasa Yesus Historis dan Makam Talpiot (BPK Gunung Mulia: 2008), Adji Sutama membeberkan perbedaan yang meruncing antara teolog Injili dan komunitas Yesus Sejarah ini.

Dalam buku yang oleh Pdt.Andar Ismail, Ph.D disebut menjawab keresahan umat karena dapat menjadi pegangan iman, alumnus STT Duta Wacana Yogyakarta ini menjelaskan dengan ringkas dan sederhana akar soal perseteruan itu. Menurut Adji Sutama kaum Injili teguh pada pemahaman harfiah dari Alkitab. Sebaliknya komunitas Yesus Sejarah, James Tabor lewat buku The Yesus Dynasty misalnya, mengambil celah dengan melakukan tafsir bebas terhadap Alkitab. Penafsiran itu “diselaraskan” dengan bukti-bukti sejarah yang dipaksakan untuk membenarkan pandangannya. Terkesan, kesimpulan telah ditarik terlebih dahulu. Bukti-bukti sejarah diambil yang perlu saja untuk mendukung kesimpulan tersebut.

INKOSISTENSI TABOR

Yesus Sejarah menolak kebangkitan Yesus sebagai peristiwa sejarah. Menurut mereka kebangkitan Yesus hanya sebuah pengalaman religius pada diri jemaat awal. Pandangan ini menurut Adji Sutama dilatarbelakangi agenda terselubung James Tabor untuk mengembalikan kekristenan ke Yudaisme. Demi hal ini ia mempertentangkan Rasul Paulus dan Yesus. Paulus, kata Tabor, telah merekayasa kebangkitan Yesus.

Malangnya, Tabor mempertontonkan inkonsistensinya dalam buku tersebut. Contoh mula-mula Tabor menciptakan Dinasti Yesus yang nasionalis-religius. Agenda Dinasti Yesus adalah mendirikan Kerajaan Allah di Israel yang berpedoman pada Taurat. Dewan Dua Belas dibentuk. Termasuk dalam dewan ini empat saudara laki-laki Yesus dari hasil perkawinan levirat Maria dan Klopas/Alfeus. Salah satu diantara mereka Yoses yang punya nama lain Lewi, Yose, Yusuf atau Matius.

Yoses, tulis Adji, dipaksa menjadi “Matius” sekaligus “pemungut cukai” (Mat.9:9; 10:3). Padahal pekerjaan pemungut cukai bukanlah pekerjaan seorang nasionalis-religius. Pemungut cukai dibenci karena dianggap sebagai pengkhianat bangsa yang mengabdi kepada penjajah, bangsa Romawi. Kaum ini segolongan dengan orang berdosa seperti ditulis penginjil Matius dan Lukas (Mat. 9:9-13; Luk.18:11).

Tabor menurut Adji menyadari batu sandungan itu. Dalam penjelasannya mengenai Dewan Dua Belas, tampaknya ia sengaja menyembunyikan identitas “pemungut cukai” dari Lewi (Mrk.2:14; Mat.9:9; 10:3). Tidak ada pembahasan mengenai Matius sebagai pemungut cukai, bahkan disebut sekilaspun tidak. Demikian juga dalam daftar nama dua belas murid versi Tabor. Semua keterangan yang berkaitan dengan nama-nama itu tampaknya sengaja dihapus, termasuk “pemungut cukai” pada Matius.

Makam Talpiot menjadi mainan utama Tabor dalam bukunya itu. Edisi Indonesia diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan judul Dinasti Yesus. Makam Talpiot dibuat sedemikian rupa seolah-olah di sanalah Yesus dan keluarganya dikubur. Kesimpulan diambil berdasarkan asumsi-asumsi yang spekulatif.

Menurut Adjie Sutama, komunitas Yesus Sejarah telah melakukan kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan oleh ilmuwan dan sejarawan manapun. Menggunakan sains untuk membuktikan dan menyimpulkan Yesus tidak bangkit secara historis adalah sangat keliru. “Kesimpulan itu melompat dari wilayah sains ke wilayah iman. Jadi sains hanya sebagai pembenaran,” tulis Adji. Kini Makam Talpiot menambah deret kontroversi, setelah keilahian dan mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus tidak diakui.

TIGA ARGUMEN

Marvin Pate dan Sheril Pate dalam buku Disalibkan oleh Media (Penerbit ANDI, 2007) menyebut tiga bukti kebangkitan jasad Yesus. Pertama, kubur kosong. Kedua, penampakan Yesus pasca kebangkitan dan, ketiga, data-data lain yang secara kolektif membuktikan kebangkitan Yesus.

Tiga argumentasi ini berdasarkan pemahaman dari keterangan kubur yang kosong dari Matius 28:1-8; Markus 16:1-8; Lukas 24:1-8; Yohanes 20:1-8 dan 1 Korintus 15:3-4. Ayat-ayat ini menjadi landasan iman kristiani tentang kebangkitan. Ayat-ayat ini juga menjadi bukti sahih yang saling menguatkan, ditulis oleh orang yang berbeda dari masa yang berbeda. Jadi kebangkitan Yesus dengan jiwa, roh dan badan tak terbantahkan lagi. “Bila orang mengaku sebagai orang Kristen berarti sudah masuk dalam kesepakatan dan komitmen untuk melandaskan iman kepada Alkitab,” kata Pdt. DR. Erastus Sabdono kepada Daniel Grollus dari Bahana.

Duo Pate lebih jauh menyebut kesaksian para wanita yang melihat kuburan Yesus kosong. Kubur yang kosong berarti tubuh jasmani Yesus tidak ada di sana. Dia telah bangkit. Keberadaan para pengawal kuburan, yang ditempatkan penguasa Romawi ketika itu, dipakai untuk membantah kebangkitan Yesus. Isu pencurian jenazah dikedepankan. Tetapi isu ini menguap tanpa bukti. Penginjil Matius (Mat.28:11-15) bahkan menulis tentang rekayasa kebangkitan yang dilakukan imam-imam kepala dengan memberi suap kepada para pengawal. “Kamu harus mengatakan bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur…,” kata para imam kepada pengawal. Sesuai keterangan kitab Perjanjian Baru, tulis Pete, Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati dan setelah melewatkan waktu untuk mengajar para pengikutnya, Dia naik ke surga.

SEBELAS PENAMPAKAN

Sebelas kali menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya, seperti ditulis kitab Perjanjian Baru, kian meneguhkan bahwa Yesus bangkit dari mati. Sebagai manusia Yesus telah merasakan betapa sakitnya dicambuk dan disalib. Dia juga merasakan gelapnya makam. Namun, pada hari ketiga Dia bangkit dari maut. Seorang manusia biasa tidak mungkin bangkit dari alam maut. Ketuhanan Yesus, menurut Sabdono, tidak lantas menepis sisi manusiawinya. “Yesus adalah manusia seutuhnya, dengan fisik yang sama seperti kita,” jelas Ketua Seminari Bethel ini.

Tubuh yang sama dengan tubuh manusia, juga merasakan sakit yang luar biasa.Tetapi begitu bangkit dari kubur, tubuh-Nya terbungkus kemuliaan. Tubuh kemuliaan yang tidak lagi binasa, tapi riil. Tubuh inilah yang didemonstrasikan-Nya lewat makan, minum, dan menembus tembok. Pada saatnya nanti, orang percaya akan mempunyai tubuh yang sama seperti yang dimiliki Yesus. “Itu fisik dengan partikel yang sempurna,” tegas Sabdono. Bukti lain berupa kokohnya kekristenan selama lebih dari 2000 tahun menjadi fakta mengagumkan.

“ORANG SAKIT”

Sabdono menganggap para penganut Yesus Sejarah adalah orang-orang yang sedang ´sakit’. Agar jemaat tidak “ketularan penyakit”, gembala sidang GBI Rehobot ini mensyaratkan perlunya pemahaman kebenaran dengan berfokus kepada Alkitab. Dengan keteguhan kepada dokumen ilahi, kata dia, ajaran-ajaran nyeleneh akan berlalu dengan sendirinya. “Saya selalu menekankan pada jemaat saya untuk kembali pada Alkitab,” tandas Sabdono. Tak pelak, sepanjang perjalanan yang dilewati kekristenan sepanjang itu pulalah persoalan yang datang. Jika dapat, mereka ingin mengubur kekristenan hingga tuntas. Kalau sampai hari ini tak satu pun yang berhasil melakukannya, itu berarti Tuhan beserta orang yang benar! (dikutip dari robby repi, lex)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Shalom. Senang bs mengunjungi blog ini. Jika tdk keberatan mari bertukaran link dg kami http://myinsight.Co.Cc
GBU

beniregoh mengatakan...

Tks, biarlah kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain. Saya sangat senang jika ada yang link ke blogku, GBU