Sabtu, 17 Juli 2010

Berbahagialah orang yang berdukacita

Berbahagialah orang Yang berdukacita
Matius 5:4
Oleh: Ev. Beni S. Regoh (khotbah kebaktian dewasa madya 18 Juli 2010)
Saudara... Minggu yang lalu kita sudah berbicara mengenai, ucapan bahagia yg pertama yaitu berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah karena mereka yang empunya kerajaan surga. Kita sudah Berbicara mengenai apa yang dimaksud dengan bebrhagialah orang yang miskin dihadapn Allah, pertama; orang yang miskin dihadapan Allah adalah orang yang lapar dan haus akan kebenaran Firman Tuhan; kedua: Bergantung sepenuhnya kepada Tuhan; ketiga: rendah hati dihadapan Tuhan.
Hari ini kita berbicara mengenai berbahagailah orang yang berdukacita; Mengapa Tuhan Yesus mengatakan berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan di hibur? Apa yang dikatakan Yesus adalah suatu kontradiksi. Pengajaran Yesus ini tentu bertentangan dengan pemikiran dunia. Dalam dunia dukacita bukanlah suatu kebahagiaan. Bahkan dalam kepercayaan beberapa suku termasuk orang tiong hoa bahwa dukacita identik dengan kesialan. Oleh sebab itu banyak sekali adat-adat dan tradisi yang mengatur mengenai dukacita, atau berhubungan dengan orang meninggal.
Satu saat saya menghadiri meninggalnya orang tua murid di Pinyu, dalam perjalanan pulang dari pemakaman, saya kebetulan mengenal ada satu ibu yang rumahnya kami lewati karena saya mengenal ibu ini, maka saya mau mampir, tetapi ada satu orang yang mengatakan kepada kalau pulang dari pemakaman tidak boleh mampir di rumah orang nanti bapak akan bawa sial untuk keluarga mereka…akhirnya saya tidak jadi mampir, hanya melambaikan tangan… saudara itulah kepercayaan dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Bahwa kematian adalah suatu yg membawa sial. Bahkan ada satu suku dalam liturgy ibadah duka ada satu acara menangis, jadi liturgisnya meminta keluarga untuk menangis untuk yang terakhir , yang tidak ingin menangis dipaksa atau terpaksa harus menangis.
Saudara. Kalau kita berdukacita maka tidak mudah untuk kita dapat di hibur, apalagi bisa berbahagia. Apalagi kalau yang meninggal adalah orang yang kita kasihi atau benda yang sangat berharga. Beberapa waktu lalu ada seorang ibu yg kehilangan uang yang begitu banya, dia begitu sedih, dan begitu sulit untuk meluapakan uangnya itu. Kami coba menghibur tetapi orang ini sulit untuk menerima.
Nah..saudara apa yang dimaksud Tuhan Yesus dengan berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan di hibur.
Pertama, kita harus bertanya: apakah yang dimaksud dengan dukacita yang disebutkan di sini? Apakah Tuhan Yesus, mau berbicara mengenai orang yang berduka yang kehilangan orang yang dikasihi, atau Tuhan Yesus berbicara orang yang sedih karena kehilangan benda yang berharga? Atau ada arti yang lain?
Kedua: Apakah arti penghiburan yang Tuhan Yesus maksudkan disini? Apakah artinya bahwa 'mereka akan dihibur'? Apakah itu bermaksud, bahwa anda akan merasa senang, bahwa Tuhan Yesus akan membuat anda merasa senang kembali karena anda telah mengalami waktu yang menyedihkan? Nah, kita harus memahami kedalaman rohani dari ajaran Yesus ini.
Secara ringkas, penghiburan di dalam firman Tuhan, pada dasarnya berhubungan dengan keselamatan. Dihiburkan di dalam firman Tuhan, tidak semata-mata berarti diberikan satu perasaan yang senang, atau seperti seorang anak kecil yang sedih lalu di kasih permen, langsung ketawa dan loncat-loncat---( sama dengan anak kita, waktu dia sedih biasanya, kita cium atau kasih permen dan ia terhibur) . Penghiburan berhubungan dengan penghiburan keselamatan.
Dalam perjanjian lama; penghiburan akibat dukacita selalu ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keselamatan: Misalnya dalam Yeremia 31:13, , "Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka." Bila kita melihat konteks ayat ini, anda akan perhatikan bahwa ia berhubungan dengan keselamatan bangsa Yahudi, keselamatan bangsa Israel. "Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, kedukaan mereka menjadi kesukaan."
Mazmur 30:12-13 mengatakan sesuatu yang hampir serupa, "Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kau ikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu."
Di sini pemazmur menyaksikan bahwa Allah telah mengubah ratapannya menjadi tarian, menjadi kegembiraan karena sukacita...Bila kita memperhatikan semua ini, maka kita dapat melihat bahwa penghiburan ini berhubungan dengan keselamatan. Yang dimaksud dengan penghiburan disini adalah berhubungan dengan keselamatan seseorang dari dosa, kepada kehidupan kekal .
Lalu apa yang dimaksud dengan dukacita ? Atau orang yg berdukacita seperti apa yang disebut bahagia? Bagian ini tidak berbicara tentang dukacita karena ditinggal orang yang kita kasihi atau benda-benda yang kita miliki.
Lalu apa yang dimaksud Tuhan Yesus, dukacita disini:
I. Dukacita oleh karena dosa
Saudara, dalam Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru banyak mencatat orang yang berdukacita, karena dosa yang mereka lakukan; misalnya dalam Lukas Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang orang farisi dan pemungut cukai berdoa, orang farisi berdoa, bersyukur bhw aku tidak sama dengan orang lain, bukan perampok, lalim, bukan pezinah dan bukan seperti pemungut cukai, ttp pemungut cukai berdoa, dengan hati yang remuk ia datang kepada Tuhan, ia tidak berani menatap kelangit, berdiri jauh-jauh dan dan sambil memukul dirinya; dia mengatakan Ya Allah kasihanilah aku, aku orang berdosa.. Zakheus…
Sdr. Pemungut cukai ini, sadar akan dosanya, dan dia sangat sedih dengan dosa yang dilakukan, orang seperti ini yang disebut oleh Yesus adalah yg berdukacita, orang seperti ini yang disebut berbahagia dan mendapat penghiburan dari Tuhan.. bukan seperti orang farisi yang merasa bahwa dia hidup layak dan benar dihadapan Tuhan.
Saudara, Dalam Perjjanjian lama ketika Daud berdosa, ia berzinah dengan Betsyeba, dan ia tegur oleh nabi Natan, maka ia sadar akan dosanya, ia berkabung dan berdukacita. Ia menangis dihadapan Allah karena dosanya.

Minggu lalu kita sudah belajar ttg “Berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah.” Di sini miskin artinya kita mengakui dengan penuh kesadaran akan ketidaklayakan dan ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah. Orang-orang yang sadar akan ketidaklayakan dan ketidakberdayaannya akibat dosa-dosanya, dia akan merasa miskin dihadapan Allah. Orang yang berdosa, dan telah dijamah oleh Allah dia memahami dengan benar siapa dirinya, sehingga dia merasa miskin dihadapan Allah.
Orang yang berdukacita atas dosa ialah orang yang sadar telah menyakiti hati Tuhan. Dia sadar telah melenceng dari maksud Allah yang telah menciptakannya. Dia sadar tidak bisa memenuhi standar kekudusan Allah. Apalagi jika dia tahu apa yang benar tetapi masih melakukan apa yang salah. Maka dia akan menjadi orang yang sangat berduka atas dosa-dosanya itu.
Ilustrasi: Ada seorang ibu yang begitu sibuk, sehingga untuk memperhatikan anaknya, ia tidak sempat, dia pagi-pagi sudah pergi kerja, pulang malam, bahkan ia tidak pernah memandikan anaknya. Anaknya seringkali meminta kepada ibunya untuk memandikan, tetapi ibunya katakan, kan ada suster. Anak ini memiliki kerinduan agar mamanya sekali-kali menggantar atau menjemput dia ke sekolah, tetapi selalu dikatakan tidak ada waktu. Satu saat anak ini, kakinya terinjak paku, susternya mengatakan , adik kena paku kakinya, dia merasa sakit dan demam, ibunya ini mengatakan ini sudah malam besok setelah pulang kerja baru kita bawa ke dokter, sekarang kasih dia obat panadol untuk menurunkan panasnya, besok dia gak usah ke sekolah.
Ternyata anak ini kena tetanus, dan ketika ibu dan bapanya besoknya ke tempat kerja anak ini meninggal. Ibu bapanya begitu sedih, ibu ini sangat sedih dan sangat berdukacita karena dia lalai, dan tidak memperhatikan anaknya, bahkan anaknya meminta untuk dia memandikan dia tidak ada waktu, dan hari itu dia memandikan anaknya yang pertama kali dan untuk terakhir kali.
Saudara bisa bayangkan betapa sedih hati dari ibu ini,… Saudara, kalau kita menggambarkan tentang arti kata “dukacita” yang dimaksud Tuhan Yesus seperti kesedihan ibu ini. Kata dukacita, memberi pengertian suatu dukacita yang luar biasa, dukacita yang tak tertahankan. Oleh karena kita merasa menyesal tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Saudara, pernahkah kita menangis dan menjerit di hadapan Allah karena kita ini orang berdosa. Kita pantas mendapatkan hukuman. Kita merasa tidak layak di hadapan Allah yang kudus. Kalau pernah seperti inilah yg disebut dukacita karena dosa.
Pernahkah kita jatuh didalam dosa, dan kita menangis, kita merasa bahwa dihadapan Allah kita begitu jijik?
Saudara. Dulu, saya pernah menangis karena dosa, saya tahu bahwa anugerah Tuhan, begitu luar biasa bagi saya, Tuhan begitu mengasihi saya, namun saya menyia-nyiakan anugerah Tuhan, saya hidup didalam dosa. Ketika saya menyadari bahwa saya berdosa, saya merasa tidak layak, bahkan saya merasa bahwa Tuhan tidak mungkin lagi mengampuni segala dosa saya…tetapi setelah saya mengakui dosa, saya mendapat kelegaan dan penghiburan dari Tuhan.
Apakah anda pernah menangis karena dosa-dosa anda, dosa-dosa yang telah anda lakukan atau pernahkan anda menyesal dan berdukacita ketika anda telah menyakiti seorang yang lain? Atau tidak pernahkah kita menangis karena dosa-dosa kita lakukan?
Pemazmur dalam Mazmur 39:13 mengungkapkan betapa ia menangis dan berdukacita atas dosa yang dilakukan. Dikatakan , "Dengarlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek moyangku." Dalam ayat 9 ia berkata, "Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku..... janganlah berdiam diri melihat air mataku." Disini kita melihat bahwa pemazmur mengerti apa itu pertobatan, seorang yang bertobat tidak sekedar menyesal, tetapi melupakan dan merasa berduka atas dosanya.
Hal yang sama di sampaikan oleh pengkhotbah dalam Pengkhotbah 7:3-4, "Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega. Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria."
Saudara, apa yang disampaikan pengkhotbah adalah suatu kebenaran, karena ditempat dukacita, kita menemukan banyak orang menjadi percaya. Dari orang tidak percaya, menjadi percaya Tuhan. (Di gereja kita banyak orang yang mengalami pertobatan setelah mereka menghadiri kerabatnya yang meninggal) tetapi anehnya banyak orang lebih senang ke tempat pesta, bioskop, diskotik dan lain-lain. Jarang orang tertarik pada acara-acara dukacita.. Karena menurut mereka bahwa penghiburan itu tidak dapat di temukan ditempat-tempat seperti itu.
Namun, kalau kita memikirkan kembali, ditempat apa yg banyak terjadi dosa? Apakah di rumah duka? Tidak..,tetapi tempat hiburan manusia kita banyak menemukan dosa, bahkan orang yg baik masuk ditempat hiburan malah akan menjadi orang yg tidak baik. Hari ini kalau orang stress, banyak masalah, dia mencari penghiburan; kemana mereka pergi? ke diskotik, karaoke, mengharapkan mendapat penghiburan tetapi yg didapat hal yg sebaliknya.
Bagaimana supaya kita mengerti arti penghiburan yang sejati? Untuk mengerti arti
penghiburan sejati, maka kita harus mengerti terlebih dahulu apa artinya berdukacita. Dengan mengerti arti dukacita maka kita akan mengerti arti sukacita, dan penghiburan yang sejati. Orang yang tidak tahu apa artinya menangis tidak tahu apa artinya kelegaan. Inilah yang dikatakan oleh pengkhotbah di sini. "Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega."
Tidak ada hal yang lebih menyegarkan dibandingkan dengan air mata pertobatan: seumpama kita mengalami kehausan dan mendapat segelas air sejuk, maka ketika kita meminumnya kita akan mendapat kelegaan, demikian pula dengan , orang yang mengalami ikatan dan pergumulan oleh karena dosa yang mengikatnya. Namun dengan belas kasihan Allah ia dibebaskan dari dosanya.
Dukacita itu seharusnya tidak hanya ada ketika pertama kali kita mengenal Tuhan Yesus. Dukacita itu seharusnya ada setiap saat sehabis kita berbuat dosa dan menyadarinya. Jikalau setelah berbuat dosa atau jatuh didalam dosa tetapi kita tidak berdukacita, kita tidak merasa sedih atau benyesal dan beduka atas dosa kita, maka kita harus perlu bertanya kepada diri kita, masih adakah Roh Kudus dalam hati kita? Karena setiap orang percaya ketika jatuh didalam dosa, pasti mengalami apa itu kesedihan, penyesalan akn dosa yg telah kita perbuat.
Bagi orang percaya, dukacita atas dosa menjadi tanda bahwa kita peka dan kita benci dengan dosa. Ini juga menjadi semacam peringatan akan kondisi hubungan kita dengan Allah, apakah jauh atau dekat. Namun dukacita seperti ini tidak muncul dengan sendirinya dan tidak bisa dibuat-buat. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus dibarengi pertobatan kita.
Kepekaan terhadap dosa yang menimbulkan dukacita ini juga semakin tajam ketika kita semakin mengerti Firman Tuhan. Dengan mengerti Firman Tuhan, kita mengerti kehendak Allah yang sempurna, apa yang benar dan salah. Karena itu terbukalah kepada Roh Kudus, taat, dan menyelidiki Firman Tuhan akan membuat kita semakin peka akan dosa dan berduka atasnya.
II. Dukacita karena dosa orang lain
Apa yang membuat kita bersedih dan berdukacita? Kehilangan sesuatu yg berharga…seorang keilangan uang…kehilangan harta? Pernahkah kita menangis melihat begitu banyak saudara-saudari kita yang jauh dari Tuhan dan hidup dalam dosa.
Apakah saudara ketika melihat orang jatuh dalam dosa, kita merasa sedih, atau kita berfikir itu bukan urusan saya…apakah ketika saudara melihat keluarga seseorang berantakan kita bersedih, apakah kita merasa sedih ketika gereja-gereja tidak lagi memikirkan tentang penginjilan, tetapi sibuk dengan keuangan dan organisasinya
Tuhan Yesus, sering menangis, bukan karena sedih atau berdukacita karena kematian seseorang tetapi ketika dia melihat orang-orang di sekitarnya tidak percaya kepadanya. Ia menangisi Yerusalem, karena mereka tidak mengenal Tuhan, yang benar dan tidak menerima keselamatan dari Tuhan.
Saudara, mengapa kita harus berdukacita atas dosa, orang lain, karena Allah telah mengasihi kita, ia telah mati di kayu salib untuk dosa kita, dia juga telah mengajarkan kita untuk membagikan kabar keselamatan itu kepada orang lain. Namun kita melihat masih banyak orang yang hidup diluar Tuhan. Mereka sedang berjalan kearah kebinasaan…
Saudara, beberapa tahun lalu di USA terjadi satu kejadian yang sangat menggemparkan, dimana ada seorang anak yg sedang berjalan di pelabuhan laut, tiba-tiba kakinya menyentu tali jangkar kapal dan ia jatuh dan tenggelam dan akhirnya mati..hal yang membuat orang bingung pada waktu itu adalah, karena tidak jauh dari anak itu jatuh seorang atlit renang yang sedang duduk, namun dia tidak berusaha menolong anak ini, orang tua anak ini melaporkan org ini ke poloisi dan diadili namun dia bebas karena menurutnya dia menolong atau tidak adalah hak dia..jadi kalau dia tidak menolong tidak masalah…
Apakah kita mau seperti pemuda ini, melihat anak kecil itu mati sedangkan kita bisa menolong dia. Saudara. Banyak orang Kristen seperti pemuda ini, yang melihat orang hidup dalam dosa, kita tahu bahwa dia akan mati didalam dosanya, tetapi dia tidak berusaha menolong dia, untuk lepas dari dosa, bahkan kita membiarkan dia hidup terus menerus dalam dosa.
Banyak orang Kristen, melihat orang berbuat dosa namun tidak berdukacita atas dosa yang dilakukan oleh saudara seimannya tetapi hanya sekedar berbelasungkawa…terkadang saya melihat ketika ada orang meninggal banyak orang mengatakan turut berdukacita atau dari perusahan-perusahan mengirim bunga sekedar berbelasungkawa atau turut berdukacita..saya sering bertanya-tanya dalam hati apakah benar mereka turut berdukacita, atau hanya basa basi..atau sekedar promosi, atau mungkin malah bersyukur…karena ada satu kali seorang pemimpin perusahan meninggal, semua anak buah kelihatan bersedih tetapi ternyata bersyukur, karena pemimpin itu seorang yang suka menindas karyawannya.
Berdukacita, tidak sekedar kita simpati, tetapi juga kita harus berempati, kalau hanya hanya bersimpati, mungkin kita hanya sampai di mulut saja, tetapi tidak merasakan rasa dukacita tersebut. Tetapi kita harus berempati terhadap orang yang hidup didalam dosa, karena dengan demikian kita memiliki keberanian untuk bertindak dan menasehati org yang hidup dalam dosa.
Saudara, kalau hari ini kita melihat bahwa ada saudara kita, jauh dari Tuhan, hidup dalam dosa, kita harus berdukacita atas mereka. Bukan sekedar berdukacita tetapi harus berani membawa mereka datang kepada Tuhan.
Kalau hari ini, kita melihat bahwa gereja tidak lagi menjalankan misi Allah, kita harus berdukacita, kita harus berani untk menolong gereja itu kembali kepada misi Allah. Sama seperti para reformator apakah Marthin Luther, Calvin dlsb. Ketika mereka melihat bahwa gereja tidak lagi mengajarkan firman Tuhan yang benar, gereja telah menyeleweng dari ajaran yg benar, maka mereka berani untuk membuat satu reformasi.
Demikian juga, ketika kita mendengar hari ini ada banyak gereja-gereja di Indonesia telah mengajarkan ajaran yang tidak sesuai firman Tuhan, banyak ajaran-ajaran sesat yang muncul, yg menyesatkan banyak orang percaya. Satu gereja dengan gereja yang lain tidak lagi adanya persekutuan, tetapi yang ada adalah persaingan antar pemimpin Gereja bahkan tidak sedikit gereja yang mengalami perpecahan. Apakah kita berduka atau tidak?
Saudara, sebulan ini saya banyak bergumul dan memikirkan pelayanan saya dan juga masa depan gereja kedepan, karena kebetulan ada salah satu gereja di bawa naungan sinode GKKB, terjadi masalah yang sangat besar. Hamba Tuhannya telah menyimpang dari ajaran firman Tuhan, tidak lagi menjalankan fungsi keimamannya. Hamba Tuhan tidak menjadi hamba Tuhan lagi tetapi hamba uang, tidak lagi menjalankan fungsi sebagai gembala dan banyak pelanggaran moral dan etika. Minggu lalu ketika saya berkhotbah di sana, dalam warta majelisnya mengungkapkan semua kesalahan dan ketidakbenaran dalam gereja tersebut…jujur saya sangat sedih dan berduka, karena apa yang disampaikan majelis gereja ini, juga menampar saya sebagai hamba Tuhan, dan juga mengingatkan saya bahwa hamba Tuhan adalah manusia biasa yang punya kelemahan dan keterbatasan, oleh sebab itu kita perlu berhati-hati. Mengingatkan kepada saya bahwa gereja bisa hancur jikalau para pemimpin gereja, hamba Tuhan hidup tidak sesuai dengan firman Tuhan.
Dalam dunia, kerja..apakah kita berdukacita, orang-orang disekitar kita melakukan ketidakbenaran, melakukan ketidakjujuran, apakah dia teman kerja kita, pemimpin kita, orang dekat dengan kita? Saudara, Ketika kita melihat dalam dunia kerja kita mulai ada penyimpangan, mulai adanya ketidakadilan, maka kita harus berdukacita, ketika kita mereformasi lingkungan kita mungkin, kita akan ditentang, mungkin kita akan dianggap suci, mungkin kita tidak disenangi, disitulah letak dukacita kita.
Namun, dibalik semua dukacita yang kita alami, kita harus percaya bahwa ada satu penghiburan dari Tuhan, yang kita akan dapati..sebagaimana dikatakan Yesus dalam Yohanes 16:20 sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetap dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan menjadi sukacita.
Sdr. Tidak mudah untuk bisa berdukacita, atas dosa orang lain, tidak mudah untuk mengungkapkan kebenaran, namun saudara semua yang kita alami, akan berubah sukacita. Segala dukacita kita akan menjadi sukacita.. Dukacita atas dosa menghasilkan sukacita atas pengampunan dan hidup kekal di dalam Tuhan Yesus.
Hiburan bagi kita adalah pengampunan dan hidup kekal. Allah akan mengubah ratapan atas dosa menjadi hiburan karena Tuhan Yesus telah menanggung dosa-dosa kita di dalam kematian-Nya dan memberi kehidupan di dalam hidup-Nya
Kesimpulan:
Apa yang dimaksud dengan berbahagialah orang yang berdukacita? Kata berdukacita, berbicara tentang dukacita atas dosa pribadi dan juga melihat orang lain hidup didalam dosa. Seorang berdukacita oleh karena dosa pribadinya, menunjukan bahwa dia benar-benar mengakui, menyesali akan segala dosanya, dan mau dibaharui dan dituntun oleh Tuhan. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati dia mau Tuhan mau mengubah hidupnya. Inilah yang disebut Yesus orang yang berbahagia.
Kedua; Orang yang berdukacita atas dosa orang lain, adalah orang yang benar-benar memiliki hati seperti Yesus. Hati yang mengasihi orang-orang berdosa, mengasihi jiwa-jiwa yang mengenal kasih Tuhan. Mengasihi jiwa-jiwa yang berjalan dalam kegelapan dan dosa.
Orang seperti diatas yang dikatakan yesus adalah orang berbahagia dan akan mendapat penghiburan yang kekal dari Allah. Penghiburan itu berupa keselamatan yang kekal dari Allah.
Saudara, marilah kita menjadi orang yang selalu berdukacita atas kehidupan kita yang penuh dengan dosa, marilah kita berdukacita atas orang-orang yang hidup dalam kegelapan dan dosa, karena itulah yang diinginkan Allah bagi kita. Amin.

Tidak ada komentar: